Jumat, 20 Februari 2015

[SETETES EMBUN] Menjadi Pengarang?



Malam itu aku merasa bosan sekali. Aku sudah mencoba untuk memejamkan mataku tapi tetap saja sia-sia. Acara TV pun tidak ada yang menarik. Pasrah dengan keadaan, akhirnya aku keluar kamar, aku membuka jendela, merasakan sejuknya angin di malam hari. Bintang malam ini indah sekali.

                  Kemudian aku masuk ke dalam kamar lagi, mengganti piyamaku dengan sweater, lalu aku berjalan mengelilingi kompleks rumahku. Tidak ada orang di luar sana, aku sendirian, ditengah gelapnya malam, memandangi bintang. Lama-lama aku bosan juga dan memutuskan untuk pergi ke toko buku di dekat sini.

Toko buku itu sepi karena sudah jam 11 malam. Senyum penjaga toko yang ramah langsung menyambutku. Aku langsung menuju bagian psikologi, setelah melihat beberapa buku, aku memutuskan untuk keluar tanpa membeli apa-apa karena tidak ada buku yang bagus. Saat akan keluar tiba-tiba aku melihat sebuah buku yang dipajang di depan toko, tanda buku itu bestseller. Sesaat, buku itu terlihat menarik, covernya bergambar tangan yang sedang menulis. Aku tidak pernah tertarik dengan novel fiksi seperti itu, tapi akhirnya aku penasaran dan membelinya juga. Kemudian aku berjalan ke rumah dan langsung membaca buku itu karena penasaran. Judulnya Menjadi Pengarang.

Ternyata pengarangnya adalah pengarang lokal yang terkenal dengan puluhan buku yang sudah ia hasilkan. Tertulis di buku itu pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan kepadanya tentang kehidupannya sebagai pengarang.

                  Bagaimanakah rasanya menjadi pengarang? pengarang itu seniman. Kalau kau bertanya bagaimana rasanya, aku hanya akan menjawab “Aku merasa telah menjadi diriku sendiri.”

Apakah sulit mengarang sebuah buku? kalau kau mengira aku akan menjawab pertanyaan ini dengan “Gampang kok! Kau hanya perlu mengarang sebuah cerita, mengetik apa yang ada di kepalamu bla bla bla” atau “Tentu saja tidak! Kau hanya perlu sedikit bakat, komputer, dan abracadabra! Jadilah kau pengarang” kau salah besar. Menjadi pengarang itu sulit, sungguh. Kau tidak bisa langsung menuangkan semuanya setelah kau mendapatkan inspirasi walaupun ada sejuta kata dan adegan  di kepalamu. Kau butuh bahasa yang baik, pola yang baik, judul yang menarik, cover yang bagus, dan cerita yang membekas di hati pembaca.

Apakah kau pernah gagal? Ya, aku pernah. Pada saat buku pertamaku terbit, buku ku tidak laris, aku memang sempat merasa kecewa dan absen mengarang selama 1 tahun, tapi selama setahun itu aku banyak merenung dan aku tergoda untuk membuat buku kedua ku, bukan membuat lembar baru, tapi menggunakan tinta yang lebih baik di lembar yang sama. Belajar dari pengalaman buku pertamaku.



Bisakah aku menjadi pengarang? Siapapun bisa. Kita semua diberi bakat oleh Tuhan berupa kreativitas yang akan menjadi tidak terbatas jika kita asah. Manusia juga pasti mengalami peristiwa dalam hidupnya yang bisa membuatnya sedih, marah, kecewa, dan tertawa sekalipun dalam penderitaan yang bisa dijadikan cerita untuk ia bagikan ke seluruh dunia dalam bentuk buku.

Bagaimana jika aku gagal? Semua orang pernah gagal dalam kehidupannya, tidak ada kehidupan yang sempurna. Anggaplah jika suatu saat kau menjadi pengarang dan bukumu yang sudah kau buat selama berbulan-bulan ternyata kurang laris. Apakah kau akan berhenti? Jangan! Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Banyak pengarang-pengarang terkenal yang harus mengalami kegagalan dulu. Ada yang bangkit lagi, belajar dari kesalahan sebelumnya dan menjadikannya pengalaman pertamanya, tetapi ada juga yang sudah menyerah, karena bukunya tidak laris lalu menganggap dirinya tidak bisa menjadi pengarang.

Kegagalan memang salah satu hal yang biasa yang harus kita terima dan syukuri serta kita ambil hikmahnya untuk melangkah ke masa depan, kesuksesan. Memang masalah utama menjadi pengarang adalah jika bukunya tidak laris, tidak ada yang mau membaca. Setiap orangpun pasti akan merasa kecewa dan mungkin merasa down, tapi jangan biarkan hal ini berlarut. Ingat, masih ada hari esok yang lebih menjanjikan.


Ini menyadarkan kita bahwa semua orang bisa gagal. Akhirnya, kita sadar bahwa kita bisa menjadi pengarang dan membuat ceritanya sendiri tanpa harus merasa takut akan kegagalan.

Siapkah kita untuk menjadi pengarang? kalau kita yakin pada diri kita sendiri bahwa kita memiliki kemampuan yang tidak terbatas, pantang menyerah, dan ingin mengarang cerita, maka kita bisa berkata kita siap untuk membuat cerita kita sendiri!

Akhirnya, kita bisa mengatakan, “Aku siap mengarang ceritaku sendiri!



***

Mengarang adalah salah satu hobi yang telah saya simpan di hati saya yang terdalam. Mulai dari cerita fiksi dan non fiksi, horor, thriller, komedi, romantis, dan sebagainya - saya mencintai semuanya. Namun, kadang saya bertanya, apakah keunggulan saya dari mereka? Apakah saya mampu menciptakan sesuatu yang beda dari yang lain - sebuah badai di antara hujan?

Karangan berjudul "Menjadi Pengarang?" saya tulis empat tahun yang lalu dan telah kembali menginspirasi saya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar