Malam itu
aku merasa bosan sekali. Aku sudah mencoba untuk memejamkan mataku tapi tetap
saja sia-sia. Acara TV pun tidak ada yang menarik. Pasrah dengan keadaan,
akhirnya aku keluar kamar, aku membuka jendela, merasakan sejuknya angin di
malam hari. Bintang malam ini indah sekali.
Kemudian
aku masuk ke dalam kamar lagi, mengganti piyamaku dengan sweater, lalu aku
berjalan mengelilingi kompleks rumahku. Tidak ada orang di luar sana, aku
sendirian, ditengah gelapnya malam, memandangi bintang. Lama-lama aku bosan
juga dan memutuskan untuk pergi ke toko buku di dekat sini.
Toko buku
itu sepi karena sudah jam 11 malam. Senyum penjaga toko yang ramah langsung
menyambutku. Aku langsung menuju bagian psikologi, setelah melihat beberapa
buku, aku memutuskan untuk keluar tanpa membeli apa-apa karena tidak ada buku
yang bagus. Saat akan keluar tiba-tiba aku melihat sebuah buku yang dipajang di
depan toko, tanda buku itu bestseller.
Sesaat, buku itu terlihat menarik, covernya bergambar tangan yang sedang
menulis. Aku tidak pernah tertarik dengan novel fiksi seperti itu, tapi
akhirnya aku penasaran dan membelinya juga. Kemudian aku berjalan ke rumah dan
langsung membaca buku itu karena penasaran. Judulnya Menjadi Pengarang.
Ternyata
pengarangnya adalah pengarang lokal yang terkenal dengan puluhan buku yang
sudah ia hasilkan. Tertulis di buku itu pertanyaan-pertanyaan yang sering
diajukan kepadanya tentang kehidupannya sebagai pengarang.
Bagaimanakah rasanya menjadi
pengarang? pengarang itu seniman. Kalau kau bertanya bagaimana rasanya, aku
hanya akan menjawab “Aku merasa telah menjadi diriku sendiri.”
Apakah sulit mengarang sebuah buku? kalau kau
mengira aku akan menjawab pertanyaan ini dengan “Gampang kok! Kau hanya perlu
mengarang sebuah cerita, mengetik apa yang ada di kepalamu bla bla bla” atau
“Tentu saja tidak! Kau hanya perlu sedikit bakat, komputer, dan abracadabra!
Jadilah kau pengarang” kau salah besar. Menjadi pengarang itu sulit, sungguh. Kau
tidak bisa langsung menuangkan semuanya setelah kau mendapatkan inspirasi
walaupun ada sejuta kata dan adegan di
kepalamu. Kau butuh bahasa yang baik, pola yang baik, judul yang menarik, cover
yang bagus, dan cerita yang membekas di hati pembaca.
Apakah kau pernah gagal? Ya, aku
pernah. Pada saat buku pertamaku terbit, buku ku tidak laris, aku memang sempat
merasa kecewa dan absen mengarang selama 1 tahun, tapi selama setahun itu aku
banyak merenung dan aku tergoda untuk membuat buku kedua ku, bukan membuat lembar
baru, tapi menggunakan tinta yang lebih baik di lembar yang sama. Belajar dari
pengalaman buku pertamaku.
Bisakah
aku menjadi pengarang? Siapapun bisa. Kita semua diberi bakat oleh Tuhan berupa
kreativitas yang akan menjadi tidak terbatas jika kita asah. Manusia juga pasti
mengalami peristiwa dalam hidupnya yang bisa membuatnya sedih, marah, kecewa,
dan tertawa sekalipun dalam penderitaan yang bisa dijadikan cerita untuk ia
bagikan ke seluruh dunia dalam bentuk buku.
Bagaimana
jika aku gagal? Semua orang pernah gagal dalam kehidupannya, tidak ada
kehidupan yang sempurna. Anggaplah jika suatu saat kau menjadi pengarang dan
bukumu yang sudah kau buat selama berbulan-bulan ternyata kurang laris. Apakah
kau akan berhenti? Jangan! Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Banyak
pengarang-pengarang terkenal yang harus mengalami kegagalan dulu. Ada yang
bangkit lagi, belajar dari kesalahan sebelumnya dan menjadikannya pengalaman
pertamanya, tetapi ada juga yang sudah menyerah, karena bukunya tidak laris lalu
menganggap dirinya tidak bisa menjadi pengarang.
Kegagalan
memang salah satu hal yang biasa yang harus kita terima dan syukuri serta kita
ambil hikmahnya untuk melangkah ke masa depan, kesuksesan. Memang masalah utama
menjadi pengarang adalah jika bukunya tidak laris, tidak ada yang mau membaca.
Setiap orangpun pasti akan merasa kecewa dan mungkin merasa down, tapi jangan biarkan hal ini berlarut. Ingat, masih ada hari
esok yang lebih menjanjikan.
Ini
menyadarkan kita bahwa semua orang bisa gagal. Akhirnya, kita sadar bahwa kita
bisa menjadi pengarang dan membuat ceritanya sendiri tanpa harus merasa takut
akan kegagalan.
Siapkah
kita untuk menjadi pengarang? kalau kita yakin pada diri kita sendiri bahwa
kita memiliki kemampuan yang tidak terbatas, pantang menyerah, dan ingin
mengarang cerita, maka kita bisa berkata kita siap untuk membuat cerita kita
sendiri!
Akhirnya, kita
bisa mengatakan, “Aku siap mengarang ceritaku sendiri!”
***
Mengarang adalah salah satu hobi yang telah saya simpan di hati saya yang terdalam. Mulai dari cerita fiksi dan non fiksi, horor, thriller, komedi, romantis, dan sebagainya - saya mencintai semuanya. Namun, kadang saya bertanya, apakah keunggulan saya dari mereka? Apakah saya mampu menciptakan sesuatu yang beda dari yang lain - sebuah badai di antara hujan?
Karangan berjudul "Menjadi Pengarang?" saya tulis empat tahun yang lalu dan telah kembali menginspirasi saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar